Tipe Klasifikasi inspeksi Yang Harus di Ketahui QC

Tipe Inspeksi :

Klasifikasi berdasarkan Methode Inspeksi :
Secara umum terbagi 3 methode inspeksi yaitu Total Inspeksi, Sampling Inspeksi, dan Periodik Inspeksi.

1.Total Inspeksi :
Adalah dimana methode inspeksi yang dilakukan dengan cara mengukur / menguji seluruh part / produk produksi untuk dapat memutuskan apakah part / produk tersebut bisa diterima atau tidak.

2. Sampling Inspeksi
Adalah methode inspeksi yang dilakukan dengan cara mengambil secara acak part / produk dari sebuah lot dan mengukur / menguji untuk penentuan apakah sebuah lot tersebut dapat diterima atau tidak.

3. Periodik Inspeksi :
Adalah methode inspeksi yang dilakukan dengan cara mengambil sebagian kecil dari sample dan memeriksa keberterimaannya dari suatu proses produksi per periodik waktu yang telah ditentukan.

Hal ini biasanya diterapkan pada saat awal produksi, pada saat setting mesin atau dilakukan rutin per waktu check (misal tiap 2 jam)

2. Klasifikasi dengan Tujuan :

1. Penerimaan Inspeksi
Adalah inspeksi yang dilaksanakan saat penerimaan part / material dari supplier sebelum masuk ke gudang penyimpanan. Sebagai contoh adalah pelaksanaan incoming inspeksi untuk material cat, alumunium ingot dari supplier.

2. Proses Inspeksi
Adalah inspeksi yang dilakukan saat part sedang diproses produksi, mulai dari satu proses ke proses lain dalam proses manufaktur yang berurutan (ban berjalan / konveyor). Misalnya pelaksanaan middle inspection di line assembling unit motor.

3. Outgoing Inspeksi
Adalah inspeksi yang dilakukan pada bagian final / akhir dari proses produksi untuk menjamin kualitas dari produk yang dihasilkan sebelum pengiriman.

Misalnya pelaksanaan final inspection unit motor di line assembling. (pemberian tag OK unit , bagi motor yang lolos pengecheckan final)

3. Klasifikasi oleh Properties

1. Destructive Inspeksi :
Adalah inspeksi yang dilakukan dengan cara desctructive / merusak part atau produk. Misalnya test penetrasi pada welding, test tarik pada material dsb

2. Non Destructive Test Inspeksi
Adalah inspeksi yang tidak mengakibatkan part/produk menjadi rusak. Misalnya Ultrasonic inspection, x-ray inspection


Inspeksi Sensory :
Adalah Inspeksi Kualitas yang dilakukan dengan menggunakan indera manusia, dikarenakan belum adanya instrumentasi yang cukup mewadahi dibandingkan dengan kemampuan inderawi manusia.

Yang termasuk inspeksi sensory ini meliputi : visual, aural / pendengaran, tactile / touch / persentuhan, olfactory / smell / penciuman dan taste / rasa.

Visual : misalnya inspeksi appearance, color matching.

Aural : misalnya engine noise, gear shift feeling.

Tactile : misalnya kekerasan seat double pada unit motor.

Smell : misalnya inspeksi bau pada tembakau, rokok,

Taste : misalnya inspeksi rasa pada teh, kopi .

Akhir akhir ini seiring perkembangan teknik instrumentasi, berbagai karakteristik kualitas menjadi dapat terukur, tetapi tetap saja tersisa beberapa karakteristik yang evaluasinya masih mengandalkan indera manusia.

Beberapa kelebihan Inspeksi Sensory :
1. Beberapa keputusan/judgement hanya dapat dibuat oleh indra manusia.
2. Inspeksi sensor lebih cepat dibanding dengan instrument.
3. Tidak memerlukan investasi untuk peralatan.

Beberapa kelemahan Inspeksi Sensor :
1. Properties atau karakteristik yang sama dapat dinilai berbeda oleh orang yang beda.
2. Orang yang sama dapat secara berbeda menilai properties atau karakteristik yang sama bahkan pada kondisi yang terkontrol.
3. Data secara quantitative sulit didapat.
4. Evaluasi yang salah dapat dibuat dengan. kesengajaan.

Untuk menanggulangi kelemahan Inspeksi Sensory ini diantaranya termasuk penetapan Limit Sampe OK/NG atau Go/No Go untuk meminimumkan variasi dari evaluator.
Training inspektor dilakukan untuk meminimumkan variasi diantara inspektor ke inspektor.

Adalah juga penting untuk mengontrol lingkungan (mis: penerangan berapa luxmeter dsb) dari proses inspeksi tsb dilaksanakan.

Data output dari Inspeksi Sensor bisa juga dapat dinyatakan secara quantitative sehingga evaluasi bisa dibuat lebih terukur dan jelas. Untuk tujuan ini, data dibuat se rasional mungkin.

Data Sensor Inspeksi yang di Quantitive kan :
Ketika Inspeksi Sensory membutuhkan “levelling judgement”, maka kriteria penetapan standard dibuat. Untuk tahap awal level “acceptable” adalah rate 5 point, dan hal ini membutuhkan improve untuk bisa mencapai point 8.

Pemeriksaan yang mengukur part / produk dan membandingkan apakah tiap part / produk maupun lot dapat diterima atau tidak merupakan bagian penting dalam kegiatan Quality Control.

Tetapi, pemeriksaan sendiri sebenarnya tidak meningkatkan kualitas dan tidak memberikan nilai tambah bagi part itu sendiri.

Seharusnya “Kualitas” itu bisa benar benar nyata terbentuk dalam setiap proses (“Quality Built in Proses”) untuk bisa menjamin kualitas produk dan proses tetap stabil.

Bahkan untuk kemungkinan dihilangkannya proses “inspeksi penerimaan” , dan menggantikannya dengan cara “pengecheckan dan monitoring proses control di supplier” yang mesti terjaga.

Tujuan akhir dari Produk Quality Control adalah untuk menghilangkan perlunya pemeriksaan.

Usaha-usaha yang dilakukan bukan hanya dibuat untuk mengubah dari pemeriksaan untuk menemukan ketidaksesuaian produk menjadi pemeriksaan untuk mencegah produksi part NG dan konsekuensinya menghilangkan pemeriksaan itu sendiri.
Previous
Next Post »